Jumat, 15 April 2011

Taman Lidah

oleh Kadek Oca Santika pada 16 April 2011 jam 11:03
 
 
Di pagi yang cerah, aku terbangun dari mimpi-mimpi aneh. Bergumam dalam hati  tumben udara saat ini sejuk. Ternyata Hujan menyirami daerah tersebut tadi malam, maklum tidurnya si penulis pulas. Aku hirup dalam-dalam, dan kurasakan udara pagi tersebut, masih belum terganggu polusi kawan, terasa nyaman dihirup. Kubuka jendelaku sambil melihat disekitarnya, Ternyata lirikanku berhenti pada sebuah taman.

Taman itu hasil karyaku kawan, walaupun tanaman itu kuambil dari tetanggaku tapi bukan berarti mencurinya, ada licensi sitetangga, seminggu aku mencoba membersiihkan dan menata taman tersebut. Setelah tertata rapi taman itu, didalam taman itu hanya baru sebatas tanaman Lidah Buaya dan Lidah Mertua, jadi sementara taman itu  kuberi nama "Taman Lidah".

Taman ini tumbuh alami tanpa bahan-bahan yang merusak lingkungan tanah, dalam hati bangga dan terbayang menjadi presiden lingkungan hidup. Muncul pikiran yang aneh dalam diriku, apakah kegunaan dari lidah buaya dan lidah mertua, dari sumber tetangga yang begitu antusias menjawabnya: Lidah buaya itu untuk obat ambien dan untuk perawatan rambut. dan kalau lidah mertua itu untuk menghisap udara-udara yang berpolusi, seperti Ente (sipenulis) perokok jadi disamping asap tubuhpun bisa diisapnya, aku senyum mendengar jawabannya, dan kalau kita lihat di wikipedia :

Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.
Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta,[1] sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan (http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah_Buaya).

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.
Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseviera digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan.
Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.
Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.
Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.
Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.
Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian NASA bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi polusi tersebut.
Ditinjau berdasarkan jenisnya sansevieria ada dua jenis yakni yang pertama yaitu sansevieria keturunan asli/spesies sedangkan yang kedua adalah jenis hasil persilangan/hibridasi yang bisa disebut dengan jenis sansevieria hibrid.
Dari bentuk hibrid inilah sansevieria akan tercipta dengan karakter dan fisik yang berbeda dari induknya atau yang sering disebut dengan spesies hibrid atau sansevieria hibrid. Mutasi sansevieria juga dapat terjadi dari perbanyakan melalui stek daun (http://id.wikipedia.org/wiki/Sansevieria). Ternyata apa yang dikatakan tetangga mirip, good tetangga.

Penulis mencoba merenung, bagaimana kalau taman ini dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari.Walaupun sipenulis belum mengalaminnya tetapi penulis mencoba berhayal dalam situasi tersebut. Sipenulis mencoba menjadi menantu dan ada juga mertuanya. Suatu hari ada kejadian, istrinya ngambek karena persoalan perselingkuhan, sisuami mencoba mencari solusi dengan minta tolong kepada mertuanya, bukan solusi yang didapat malah dapat kata-kata pedas setajam tanaman lidah mertua dan akhirnya kata Talak pun keluar. Penulis mencoba mengamati litertur lain yaitu dari internet dan film sinetron,  umumnya hal ini berlaku adalah antara menantu (Istri) dengan mertuanya (ibu suami), Permasalahanya umumnya karena selalu ada perbedaan pendapat dan antara menantu dan mertua. Posisi suami saat itu adalah bingung: apakah dia berpihak sama istrinya atau ibunya?, dua-duanya disayangi, Suami mencoba mencari solusi,penulis pun bingung bagaimana seharusnya (muncul dalam benaknya). Bagus kalau diantara keduanya mempunyai tingkat emosi yang cepat redanya, yang jadi permasalahan adalah kalau hal itu masih disimpannya dalam hati, otomatis tidak akan pernah akur. Sifat seseorang itu dibawa dari lingkungan teman, tempat tinggal dan keluarga, bagaimana mencermatinya? seandainya film-film sinetron saat ini memberi pesan moral yang bagus, mudah-mudahan ibu-ibu atau calon ibu mendapat solusi yang terbaik.

Dan di penghujung tulisan ini penulis mencoba melihat dari segi Fengshui, Ternyata Lidah Mertua yang memiliki aura yang keras sebaiknya disandingkan dengan tanaman beraura lembut seperti kamboja dan sejenisnya. Semoga hal ini bermanfaat. Arigato
Taman Lidah

3 komentar: